Bisnis yogut dan cara pembuatan yogut
Yoghurt merupakan produk olahan yang tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat. Produkyang terbuat dari susu sapi yang difermentasikan dengan dua buah jenis bakteri baik, yakni Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus thermophilus kaya manfaat bagi tubuh manusia.
Melihat keunggulan dari produk ini, Arif Wicaksono, lulusan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta serius menekuni bisnis olahan susu menjadi yoghurt sejak 2013l alu. Melalui praktikum di kampus saat kuliah, Arif memperdalam pengetahuannya tentang membuat yoghurt.
Yoghurt dipilih Arif sebagai lahan usaha yang digelutinya bukan tanpa alasan. Menurutnya yoghurt merupakan produk menyehatkan dan masih menjadi minuman yang mahal sehingga masih terbuka peluang untuk masuk dalam segmen pasar yoghurt murah.
Untuk mendapatkan produkArif yang diberinama “Chywi Zoghurt”, konsumen tidak perlu merogoh kocek yang dalam, hanya perlu menyediakan Rp 8.000 agar dapat membawa pulang yoghurt dengan berbagai rasa dalam kemasan botol 330 ml.
Cepat Balik Modal
BermodalRp 3 juta, anak pertama dari dua bersaudara ini membeli bahan baku, freezer, peralatan, dan inkubator. Arif mengaku tidak perlu waktu lama untuk mencapai titik impas (BEP) karena dalam jangka waktu 5 bulan usahanya sudah bisa balik modal.
Saat awal memulai usaha hanya menggunakan 3 liter susu sebagai bahan baku. Lalu susu itu difermentasikan dan bisa menghasilkan 9 – 10 botol yoghurt ukuran 330 ml. Lalu ia menjualnya di kantin kampus Fapet UGM. Kini Arif mampu mengolah 40 liter susu sapi menjadi yoghurt setiap harinya dengan total produksi per bulan bisa mencapai 2.500 botol untuk dua jenis kemasan yakni botol 330 ml dan 1 liter. Harga yang dibanderol untuk yoghurt ukuran 1 liter hanya Rp 19.000.
Guna memberikan daya tarik kepada konsumen, Arif menawarkan 7 varian rasa untuk produknya yaitu tawar, rasa leci, mangga, anggur, melon, stroberi, danmixfruit. “Varian rasa stroberi paling diminati sehingga diproduksi dua kali lebih banyak dari varian rasa yang lain,” ungkapnya.
Semua bahan baku susu segar didapat Arif dari KPS Sarono Makmur yang berada di Cangkringan Kabupaten Sleman, Jogjakarta dengan alasan kualitasnya baik dan pasokannya tersedia setiap hari. Produk yang sudah mendapat sertifikat halal dari LPPOM MUI ini tanpa bahan pengawet dan mampu bertahan selama dua bulan. Namun Arif membatasi masa kedaluwarsa produknya selama satu bulan saja.
Adapun wilayah pemasaran produknya masih di area Jogjakarta dengan sasaran toko, kantin, koperasi yang ramai dikunjungi. Sistem penjualan konsinyasi digunakan dengan mematok harga Rp 7.000 per botol untuk harga pengecer, selanjutnya di konsumen harganya bervariasi di atasnya untuk kemasan botol 330 ml.
Proses Pembuatan
Pada tahap awal pembuatan, susu sapi segar dipanaskan atau dipasteurisasi pada suhu 90oC selama 30 menit terlebih dahulu untuk membunuh bakteri patogen yang ada di dalam susu. Setelah susu dipasteurisasi, tunggu sampai suhunya mencapai 40°C lalu inokulasikan starter Streptococcus thermopillus dan Lactobacillus bulgaricus.
Setelah bakteri ditanam ke dalam susu proses selanjutnya adalah inkubasi pada suhu ruang selama 11,5 jam. Proses inokulasi dan inkubasi dilakukan dalam kamar khusus yang bersih dan tertutup. Arif merogoh kocek sekitar Rp 2,8j uta untuk pembuatan ruang khusus inokulasi dan inkubasi ini.
Arif mendapatkan kultur bakteri dari laboratorium pangan yang menyediakan bakteri untuk yoghurt seharga Rp 50– 75 ribu untuk satu paket bakteri. Satu paket bakteri ini dapat digunakan selama 8 – 10 bulan.
Penambahan rasa dan gula dilakukan setelah yoghurt jadi. Tanda yoghurt siap dikonsumsi adalah bertekstur lembut, tidakwheying, rasa asam dan manis pas serta kental. Perisa buah yang digunakan adalah perisa makanan yang tersedia di toko-toko makanan. Tahapan selanjutnya adalah pengemasan yang dilakukan secara manual dan yoghurt pun siap dipasarkan.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 188 / Mei
2015

0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home